Kali ini kita akan mendengar beberapa istilah yg mungkin terkesan hanya diminati para 'geeks' atau 'nerd'. Socionics memang penuh dengan teori-teori kompleks, tapi semoga saja kita bisa cukup bersabar untuk terus belajar dan meraih suatu 'insight' baru dari pembelajaran ini.
Di Rusia, Ukraina dan sekitarnya, Socionics telah berkembang sangat pesat hingga tataran institusi. Bahkan ada pemberian gelar doktoral yang mengkhususkan diri dalam studi Socionics. Dari pendidikan tinggi, hingga taman kanak-kanak, beberapa sekolah mulai mengkhususkan diri sesuai bakat alami anak didiknya.
Ada sekolah khusus orang-orang...
Intuitive (ENTp, ENFp, INTp, INFp),
Sensing (ESTp, ESFp, ISTp, ISFp),
Thinking / Logic (ENTj, ESTj, INTj, ISTj), dan
Feeling / Ethics (ENFj, ESFj, INFj, ISFj).
Ada pula yang berdasarkan 'Quadra'...
Alpha (ENTp, ISFp, ESFj, INTj),
Beta (ESTp, INFp, ENFj, ISTj),
Gamma (ESFp, INTp, ENTj, ISFj), dan
Delta (ENFp, ISTp, ESTj, INFj).
Pada dasarnya, sekolah-sekolah ini didirikan dengan harapan bahwa masing-masing orang akan berkembang optimal jika pola pembelajaran mereka terencana dengan baik berdasarkan atas kecerdasan utamanya, bukan dengan memaksakan diri untuk berusaha sama dengan yang lain atau 'mengalahkan' orang dari luar 'kandang'nya, hal ini akan sangat menguras energi.
Di Indonesia, meskipun sekolah kita heterogen, namun sistem pembelajarannya masih di desain untuk orang-orang yang hanya akan optimal jika kecerdasan mereka adalah Thinking / Logic. Penghargaan akan diberikan pada mereka yang pintar teori, menghitung, rajin, organized, dan mereka akan selalu menempati ranking teratas.
Bagaimana dengan 3 kecerdasan yang lain? Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta, memang mulai ada 'sekolah alam' yang memberikan cukup ruang bagi anak-anak berkarakter Intuitive dimana kreativitas, perenungan dan kreasi ide adalah kekuatan mereka. Akan tetapi, sekolah jenis ini masih amat sedikit dan berbiaya mahal. Demikian pula halnya dengan orang-orang berkarakter Feeling / Ethics membutuhkan ruang lebih banyak untuk berdiskusi dan berekspresi secara verbal. Bagi yang berkarakter dasar Sensing, mereka membutuhkan lebih banyak ruang untuk bisa bergerak bebas, belajar dari 'Sense' yang mereka rasakan dari panca indera nya.
Saya amat berharap agar suatu saat di Indonesia pendekatan berbasis Socionics ini bisa terinstitusikan mulai pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Setidaknya, sebagai masukan dalam kurikulum pelajaran atau mata kuliah di lembaga pendidikan yang sudah ada. Di Indonesia, karena masih minimnya orang-orang yang mengenal metode ini, mungkin lebih baik untuk mengawalinya dengan sosialisasi berbasis komunitas terlebih dahulu. Sebagai 'pemantik' untuk memulai, saya bahkan berencana untuk menulis sebuah buku populer tentang Socionics dengan bahasa yang lebih 'membumi' agar ketertarikan masyarakat luas dapat segera tumbuh.
Doakan saja.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar