Rabu, 17 Agustus 2011

Visual Identification ; Salah satu keunikan metode Socionics

Visual Identification (V.I.), adalah suatu terobosan baru dari Socionics yang akan sangat mempermudah dalam proses assesment dan identifikasi karakter psikologis seseorang. Biaya training dan berbagai tes yang mahal tentunya dapat lebih kita hemat.

Biasanya, untuk melakukan pemetaan, kita harus mengisi lembaran-lembaran pertanyaan assesment yang cukup banyak dan variatif. Masalahnya pendekatan ini amat riskan mengingat proses mengisi lembaran jawaban itu sendiri, akan mengurangi 'naturalitas' hasilnya. Di saat menulis, kita secara tidak sadar telah melakukan suatu proses 'pemilahan data' terlebih dahulu berdasarkan persepsi kita atas diri kita sendiri.

Tidak mengherankan, jika suatu saat setelah mengikuti tes ini, kita akan mendapatkan hasil berkarakter "A". Namun, pada saat yang lain, dengan pertanyaan-pertanyaan dan metode yang berbeda, bahkan -secara subjektif- mood yang berbeda pula, jawabannya akan berubah. Dulu karakter/ temperamen dasar saya katanya "A". Kok sekarang berubah jadi "B", "C", "D", dan seterusnya...? Nah lho... Masa karakter kita berubah-ubah... Saya pribadi bahkan sempat sekitar lima kali nampak "berubah karakter" karena hasil assesment tertulis yang berubah-ubah ini.

Dengan metode V.I. dari Socionics, kita bisa 'melihat' karakter dasar seseorang secara natural.

Dari cara berbicara, ekspresi dan mimik wajah, logika dan struktur verbal kalimat yang diutarakan, bahkan hingga karakteristik fisik dan gesture / gerak tubuh seseorang, kita bisa menentukan dengan tepat; "Who are you...?" ... Hoho, creepy...

Wow, nampak mudah memang. Yah, tapi ini butuh latihan yang amat panjang. Saya butuh waktu setahun untuk mempelajari metode ini hingga menjadi mulai terbiasa. Dulu, bisa memakan waktu berhari-hari untuk menganalisis dan menentukan karakter dasar seseorang. Tidak jarang hasilnya salah dan harus saya klarifikasi lagi. Belakangan, menjadi semakin mudah dan semacam 'otomatis'. Dengan hanya mengobrol antara 15 hingga 30 menit, I could 'read' you, people...  :)

Sementara ini, beberapa karakter dasar dapat 'terbaca' dengan mudah, mungkin karena saya berinteraksi dengan banyak karakter yang mirip seperti mereka. Akan tetapi, untuk sebagian yang lain saya harus terus melakukan analisis dan koreksi, mungkin karena agak jarang bertemu orang jenis ini. Sepertinya memang masih harus belajar banyak lagi..

Learn and grow...

Komunitas dan Institusi Socionics di Indonesia

Kali ini kita akan mendengar beberapa istilah yg mungkin terkesan hanya diminati para 'geeks' atau 'nerd'. Socionics memang penuh dengan teori-teori kompleks, tapi semoga saja kita bisa cukup bersabar untuk terus belajar dan meraih suatu 'insight' baru dari pembelajaran ini.

Di Rusia, Ukraina dan sekitarnya, Socionics telah berkembang sangat pesat hingga tataran institusi. Bahkan ada pemberian gelar doktoral yang mengkhususkan diri dalam studi Socionics. Dari pendidikan tinggi, hingga taman kanak-kanak, beberapa sekolah mulai mengkhususkan diri sesuai bakat alami anak didiknya.

Ada sekolah khusus orang-orang...

Intuitive (ENTp, ENFp, INTp, INFp),
Sensing (ESTp, ESFp, ISTp, ISFp),
Thinking / Logic (ENTj, ESTj, INTj, ISTj), dan
Feeling / Ethics (ENFj, ESFj, INFj, ISFj).

Ada pula yang berdasarkan 'Quadra'...

Alpha (ENTp, ISFp, ESFj, INTj),
Beta (ESTp, INFp, ENFj, ISTj),
Gamma (ESFp, INTp, ENTj, ISFj), dan
Delta (ENFp, ISTp, ESTj, INFj).

Pada dasarnya, sekolah-sekolah ini didirikan dengan harapan bahwa masing-masing orang akan berkembang optimal jika pola pembelajaran mereka terencana dengan baik berdasarkan atas kecerdasan utamanya, bukan dengan memaksakan diri untuk berusaha sama dengan yang lain atau 'mengalahkan' orang dari luar 'kandang'nya, hal ini akan sangat menguras energi.

Di Indonesia, meskipun sekolah kita heterogen, namun sistem pembelajarannya masih di desain untuk orang-orang yang hanya akan optimal jika kecerdasan mereka adalah Thinking / Logic. Penghargaan akan diberikan pada mereka yang pintar teori, menghitung, rajin, organized, dan mereka akan selalu menempati ranking teratas.

Bagaimana dengan 3 kecerdasan yang lain? Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta, memang mulai ada 'sekolah alam' yang memberikan cukup ruang bagi anak-anak berkarakter Intuitive dimana kreativitas, perenungan dan kreasi ide adalah kekuatan mereka. Akan tetapi, sekolah jenis ini masih amat sedikit dan berbiaya mahal. Demikian pula halnya dengan orang-orang berkarakter Feeling / Ethics membutuhkan ruang lebih banyak untuk berdiskusi dan berekspresi secara verbal. Bagi yang berkarakter dasar Sensing, mereka membutuhkan lebih banyak ruang untuk bisa bergerak bebas, belajar dari 'Sense' yang mereka rasakan dari panca indera nya.

Saya amat berharap agar suatu saat di Indonesia pendekatan berbasis Socionics ini bisa terinstitusikan mulai pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Setidaknya, sebagai masukan dalam kurikulum pelajaran atau mata kuliah di lembaga pendidikan yang sudah ada. Di Indonesia, karena masih minimnya orang-orang yang mengenal metode ini, mungkin lebih baik untuk mengawalinya dengan sosialisasi berbasis komunitas terlebih dahulu. Sebagai 'pemantik' untuk memulai, saya bahkan berencana untuk menulis sebuah buku populer tentang Socionics dengan bahasa yang lebih 'membumi' agar ketertarikan masyarakat luas dapat segera tumbuh.

Doakan saja.. :)

Selasa, 16 Agustus 2011

Karakter dan Sidik Jari ?

Damn...!

Itulah kata pertama yang terlintas di kepala saat saya mengambil tes STIFIn, sekitar satu minggu yang lalu.

Awalnya, saya agak skeptis dengan semua metodologi analisis psikologi menggunakan sidik jari. Selain karena masih minim dan terbatasnya penelitian dengan metode ini, uji validitasnya pun masih banyak yang meragukan. Apalagi, dengan metode Socionics, saya sebenarnya sudah bisa memetakan diri dengan tepat, sebagai ENTp.

Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan tes sidik jari dengan metode yang berbeda. Talent Spectrum di Bandung mengambil basis dari analisis sistem kecerdasan ala Howard Gardner. Primagama juga demikian, menggunakan alat lisensi DMI dari Singapura. Saya dapat informasi kalau ternyata Talent Spectrum didirikan oleh salah satu "pentolan" DMI Primagama. STIFIn menggunakan basis dari Carl Gustav Jung. Mungkin masih banyak lagi yang lainnya... Belakangan saya tertarik dengan STIFIn, karena 'kakek guru-nya' dengan Socionics sama, yaitu C.G. Jung.

Untuk membunuh rasa penasaran, akhirnya saya ambil juga tes itu. Apapun hasil akhirnya, saya memiliki pegangan bahwa meskipun STIFIn salah atau benar, saya tetap dalam kategori "Ie" (Extrovert - Intuitive).

Dan, ternyata hasilnya pun sama dengan perkiraan saya. Duh, tadinya saya mengharapkan hasilnya salah, agar tidak perlu meneliti lebih jauh lagi tentang metode sidik jari ini, dan tetap menggunakan metode konvensional dalam analisis psikologi karakter, yaitu komunikasi verbal dan visual identification.

Berhubung hasilnya sama, akhirnya saya memutuskan untuk 'memperpanjang', meneliti lebih jauh tentang metode analisis sidik jari, apapun sebutannya.. biometriks, dermatoglyphics, dermatologi, dsb, dsb...

Meskipun baru membatasi diri pada 9 - atau lebih tepatnya 8 - pembedaan karakter, STIFIn cukup progresif mengembangkan teori turunan dari Carl Gustav Jung ini. Istilah yang dipakai (yaitu Ie, Ii, Te, Ti, Se, Si, Fe, Fi, Se, Si, plus satu tambahan - In), sebenarnya secara tidak langsung juga terkait pada basis teori MBTI (Myer Briggs Type Indicator) yang sudah dipakai oleh lebih dari 30 juta orang di benua Amerika... bisa pula search di Google dengan kata "MTR-i".

Agak riskan memang, menyingkat yang seharusnya ada 16 menjadi 8 plus 1, padahal separuhnya memiliki karakter yang amat berbeda. Ambil saja contoh yang dimasukkan oleh STIFIn dalam kategori "Ie". Dalam kaidah Socionics, "Ie" secara spesifik sebenarnya merujuk pada karakter ENTp dan ENFp. Dua karakter yang meskipun sama-sama memiliki fungsi utama Extrovert Intuitive, namun dalam dua kuadran yang berbeda jauh. ENTp - NT berada dalam golongan 'Researcher', dan ENFp - NF adalah dalam golongan 'Humanitarians'.

Sama-sama intuitive, namun ENTp akan mendorong intuisinya berbasiskan eksplorasi program-program dan penemuan entrepreneurial, sedangan ENFp akan mendorong intuisinya ke arah advokasi nilai-nilai dan pembelaan atas kemanusiaan. Sederhananya, yang satu berbakat pengusaha, satunya berbakat jadi pengacara.

Saya tidak ingin terlalu menyederhanakan atau berpikiran sempit dengan mengatakan bahwa ENTp tidak dapat menjadi pengacara, dan/atau ENFp tidak dapat menjadi pengusaha, akan tetapi bahasa ini saya tampilkan agar dapat menampakkan pembedaan yang jelas dari dua pribadi ini. Masing-masing pribadi akan berkembang optimal pada 'bakat alami' yang sudah inherent dalam karakternya.

Ok, singkat saja, berhubung saya sudah ngantuk sekali dan mau sahur...

Saya melihat ada peluang untuk 'validitas' dari metode sidik jari ini. Saya berencana untuk melakukan riset induktif berbasis Socionics, menggunakan instrumen 'sidik jari'. Artinya, dengan pemetaan karakter yang selama ini dipakai, yaitu komunikasi verbal dan visual identification, saya bisa memetakan 16 karakter secara spesifik. Nah, tantangannya adalah bagaimana mengelompokkan masing-masing karakter ini dalam satu group, dan melakukan 'cek', apakah sidik jari orang-orang dalam satu group ini ternyata sama.

Semisal dengan metode Socionics, saya mungkin bisa mengumpulkan 10 orang dengan karakter ENTp, dan 15 orang dengan karakter ENFp. Nah, apakah 10 orang ENTp ini memiliki 'kemiripan' sidik jari satu sama lain, dan jelas perbedaannya dengan yang 15 orang ENFp tadi...  Itu baru dua karakter... Masih ada 14 lagi yang lain lho, hehe... Well... That's gonna be my research...

Yes, it will be tricky... But I hope it worth for trying anyway... :)

Rabu, 01 Juni 2011

Socionics Indonesia !

Socionics
Selamat Datang..!

Ini adalah posting perdana saya di media yang diberi nama "Socionics Indonesia".

Saya pribadi belum tau kemana arah desain yang cocok untuk pengembangan web ini. Mulai terpikir yang sederhana entah blog, ataukah forum, ataukah semacam "wikipedia" tentang socionics berbahasa Indonesia, atau mungkin web profesional - saya belum tahu.

Akan tetapi, semoga saja media ini nantinya akan bermanfaat.

Socionics Indonesia didirikan pada tanggal 1 Juni 2011, bertepatan dengan "Hari Lanjut Usia", "Hari Susu Sedunia", "Hari Lahir Pancasila", hayo.. silahkan ditambah hari apa aja lagi.. :)

Socionics adalah ilmu pengetahuan tentang "ke-bhineka-an" karakter manusia.

Karakter manusia diciptakan unik. Berbeda, bukan untuk beradu.

Mengenal diri, untuk optimasi. Mengenal yang lain, untuk bisa saling bersinergi.

Sudah malam, kita akan lanjut nanti, ok. :)

Salam Sejahtera,

Fadly

Yogyakarta.